INDAHNYA BERBAGI



Berbagi bukan mengurangi tapi menambah kebahagiaan Hati. Semalam itu sehabis pulang kantor, saya mampir di sebuah kedai soto di Jalan Gusti Ngurah Rai, Klender, memesan semangkok soto dan duduk membaca koran menunggu macet yang belum juga terurai.

Seorang Ibu setengah tua dengan dua anak dengan penampilan sederhana masuk, ”Mas, berapa harga semangkok soto?” tanya ibu.

”Sepuluh ribu bu," kata penjual soto dengan senyuman.

“Kedua anak saya sungguh ingin makan soto, tapi uang saya hanya tujuh ribu rupiah. Apa bisa dibuat dua porsi walau hanya kuah dan sedikit mie, tak menjadi masalah,” tanya ibu sedikit ragu.

”Oh, mari bu masuk. Silakan duduk,” kata mas penjual soto. Lalu tiga mangkok soto berukuran besar sudah dihidangkan di depan.

”Tapi uang saya hanya tujuh ribu mas?” Tanya ibu sekali lagi dengan ragu. Sang ibu masih punya harga diri untuk tidak meminta penuh.

” Oh, gak papa bu. Ibu bertiga makan saja dan simpan uang ibu." Ibu itu tersenyum dan membungkukkan tubuhnya berterima kasih.

Saya tersenyum kagum melihat kebaikan penjual soto.

Lima menit setelah ibu dan anak beranak pergi, seorang pemuda yang dari tadi duduk di pojok membayar dengan uang seratus ribu rupiah dan pergi begitu saja.

“Mas, ini kembaliannya."

“Saya makan satu mangkok dan satu bungkus kerupuk. Sisanya untuk bayar ibu dan dua anak tadi, bang,” kata pemuda itu menghidupkan sepeda motornya.

Saya benar-benar terpesona, dengan kebaikan-kebaikan yang dihadirkan di depan mata.

Si ibu miskin yang jujur yang tak mudah meminta, penjual soto yang baik dan pemuda yang pemurah.

Dan sayapun kecipratan kebahagiaan karena melihat kejadian itu.

Jika saja setiap orang tidak melulu menggunakan hukum dagang dan transaksional, tentu pintu-pintu kesempatan dan berkat akan banyak dibuka.

Jika saja setiap orang lebih dahulu memberi (give) bukan meminta (take) dunia akan punya banyak “warna.”

---

(Matius 5:7) "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan."

Komentar

Postingan Populer